It’s 2016 already.
Tahun 2015 adalah tahun yang paling cepat berlalu buat gue. It goes so fast like a blink of an eye.
But I had a very memorable Christmas and New Year moment, so no complaint at all.
Pas malam Natal, dengan impulsifnya gue memutuskan ikut Misa di Katedral. Saking semangatnya, ga pake mandi dulu karena keputusannya mepet. FYI aja, tiap Natal (dan Paskah), umat jadi kiasu, 1-2 jam sebelum acara sudah standby di gereja. Gue sampai 1 jam sebelum misa, dan tetap ga kebagian kursi dan akhirnya ngemper di lorong. Perginya macet-macetan, pulangnya apalagi. Kalau bukan karena bareng keluarga, pasti gue milih di rumah aja deh.
Tanggal 25nya, dihabiskan dengan nonton Star Wars (in IMAX!) dan ngemall seharian. Sebenarnya, bukan begini Natal ideal buat gue. Natal yang selama ini gue rindukan adalah waktu gue masih SD dan tinggal di Kalimantan. Soalnya Natalan-nya sama seperti Lebaran = open house! Nyokap bikin kue, menghias pohon natal, minuman kaleng (Mirinda! Soya!) dan tamu-tamu tetangga yang datang ke rumah. I know, i’m an introvert, but that’s the only time I didn’t even bother to complain. Seru banget deh.
Agak sedih sih, kalau gue inget, gue sekarang di Jakarta, jadi ga bakalan ngalamin suasana seperti itu lagi. My boyfriend, being a good guy a he is, says “Nanti kita aja yang bikin tradisi Natalan seperti itu”.
Which is so sweet, i couldn’t help but to hug him instead.
Malam Tahun baru, dilewatkan dengan ngajakin nyokap nginap di rumah mas pacar. Padahal sih bukan gue jg yang bebersih, tapi gue ikut bangga pas nyokap bilang dia betah di rumahnya. Besoknya, kita makan-makan sekaligus ngajakin nyokap nonton film. Seinget gue, sebelumnya gue cuma sempet ngajakin nyokap nonton Laskar Pelangi, jadi gue seneng banget waktu dia setuju sama plan gue utk nonton pas Tahun Baru.
And then, kembali ke laptop rutinitas sehari-hari, yang membosankan. I’m really grateful for my job, i really do. Tapi terkadang, bisa sangat membosankan seperti beberapa minggu ini. Kerjaan itu emang begini deh, sekalinya nganggur bikin bosen setengah mati, sekalinya sibuk bikin lo keteteran banget.
Saking membosankannya rutinitas gue, apalagi yang gue lakukan selain scrolling Facebook, Twitter & Instagram dan menghabiskan quota internet gue. Yeah, running away from reality is one of our expertise nowadays, sponsored by social media. Dan kegiatan stalking medsos, seperti yang gue tuliskan di posting sebelumnya, yang ada bikin lo tambah nelangsa.
Beberapa hari ini, gue jadi iri dengki sama teman gue yang check in di bandara dengan suaminya, dengan tujuan keluar negeri. Iya gue ngerti, itu manusiawi dan agak memalukan (hey, at least i’m being honest here). Pertama, karena gue sebenernya ga segitunya suka travelling, to be truth? i hate flying. Kedua, they’re travelling on purpose, which is honeymoon. Yeah, i found out that they haven’t got a baby, just by reading the comments below her status. Jadi, sebenernya apasih yang bikin gue iri dengki? Emang gue aja yang ga ada kerjaan *tepok-tepok pipi*.
And the Universe, gave me a pat on my shoulder. Untung ya ga dikasih ‘teguran’ berupa tabokan hahaha.
Jadi, beberapa hari ini emang cuacanya panas banget, i just realize that i’m bitching it everyday to my boyfriend. Kemarin sore, tiba-tiba dia menawarkan untuk pulang bareng. Gue tentu saja bersuka cita karena tidak perlu berpanasan naik Kopaja. Gue ga menduga apa-apa, sampai tiba-tiba dia parkir di sebuah mall dekat rumah. Ternyata dia sengaja ngajak pulang bareng, karena mau membelikan gue jaket baru. Gue speechless. Ga menyangka aja, selama ini dia take note dengan semua komplainan gue. Ya karena, gue sering ngomel untuk melampiaskan kekesalan aja, setelah itu… lupa deh hahahha (ga bertanggung jawab).
“Nah, ini ya udah dibeliin jaket baru, lebih ringan jadi ga bikin kamu kepanasan lagi”
I dunno what i’ve done, to deserve such a sweet guy like him. :’)
Gue beneran ngerasa ketampar karena kejadian kemarin ini. Akhirnya gue sadar bahwa gue selama ini terlalu sibuk melihat ke depan (menunduk ngeliatin handphone to be exact), dan lupa dengan orang di sekitar yang benar-benar sayang sama gue. Boro-boro gue inget, pacar gue lg mengeluhkan apa (dia malah jarang ngeluh sih), yang ada gue lg banding-bandingin diri sama temen gue yang lagi plesiran. Padahal ya, gue juga ga pengen-pengen banget traveling, dan gue ga tahu apa yang dia alami (mungkin saja, selama ini dia stres karena blm berhasil punya anak? who knows kan). Gue terlalu banyak menghabiskan waktu dengan handphone gue. Padahal yang perlu gue perhatikan, ya yang di sekitar gue. So now, I’m currently cutting my time with gadget and I’m gonna replace it with my old lover, books!
Bahagia itu kan (seharusnya) memang sederhana, sesederhana memberikan perhatian kepada orang yang tersayang.
We’re surrounded with the people that care for us, please dont take them for granted.
~C